Mengenal Bangunan Terminal Bandar Udara (bagian 2)

Konsep Bentuk Bangunan Terminal Penumpang

Secara umum, konsep bentuk bangunan terminal penumpang terbagi menjadi beberapa bentukan konfigurasi yaitu: (1) Gate Arrival Terminals, (2) Pier Finger Terminals,  (3) Pier Satelite Terminals dan Remote Satelite Terminals, (4) Transporter, dan (5) Hybrid Terminals. Bagaimanakah perbedaan konfigurasinya? Mari kita lihat satu persatu.


Gambar 1. Gedung Terminal Penumpang Bandar Udara Tuanku Tambusai,  Pasir Pangaraian (Dok. Pribadi, 2016)

(1) Gate Arrival Terminal

Konfigurasi Gate Arrival Terminal atau dikenal juga sebagai konfigurasi terminal linear adalah yang paling banyak dijumpai di Indonesia. Terdapat beberapa varian dari konsep ini yaitu linear sederhana (simple linear), linear, dan curvilinear. Dari pembahasan bulan lalu (Mengenal Bangunan Terminal Udara (bagian 1)), kita mengetahui bahwa bangunan terminal penumpang pada awalnya berbentuk unit-unit sederhana. Namun pada perkembangan selanjutnya, seiring dengan bertambahnya kebutuhan, unit-unit sederhana itu berkembang menjadi memanjang dan berbentuk linear, dengan tujuan tetap untuk mempersingkat jarak tempuh antara sisi darat menuju ke sisi udara. Pada konsep terminal linear inilah mulai diperkenalkan konter-konter layanan tiket untuk tiap-tiap maskapai serta flow pengaturan melalui sistem loading bridges atau garbarata yang memungkinkan peningkatan kenyamanan dan keselamatan penumpang karena tidak perlu melewati landas parkir/apron. 

Variasi curviliear memungkinkan parkir pesawat nose-in lebih banyak dengan tetap meminimalkan jarak dan waktu tempuh penumpang. Bentuk linear dan curvilinear dapat memiliki fungsi yang lebih kompleks apabila melayani jumlah penumpang yang lebih banyak dengan cara memisahkan flow penumpang berangkat dan tiba, biasanya pada lantai yang berbeda.

Gambar 2. a) Single level concept; b) one and a half level concept; c) double level concept; d) three level concept
(Sumber: Airport Design and Operation 2nd Edition, Kazda and Caves 2007)


Jarak tempuh dari kerb sisi darat menuju ke gate dapat menjadi sangat singkat seperti 30 m (100 feet) pada konsep linear dan linear sederhana. Konfigurasi linear juga mempersingkat jarak antara parkir kendaraan dan juga akses transportasi lainnya menuju ke kerb sisi darat. 


Gambar 3. 
Jarak tempuh yang direkomendasikan oleh IATA
(Sumber: Airport Design and Operation 2nd Edition, Kazda and Caves 2007)

Namun salah satu kelemahan dari konfigurasi linear adalah bertambahnya jarak tempuh antar fasilitas, khususnya antara gate satu ke gate lainnya yang akan menambah waktu tempuh penumpang dan mengurangi kenyamanan penumpang. 

(2) Pier Finger Terminal

Konsep pier finger terminal berkembang pada tahun 1950-an dengan cara menambahkan "jari" pada unit-unit sederhana terminal penumpang. Penambahan jari-jari ini dimaksudkan untuk memaksimalkan kapasitas parkir pesawat udara dengan infrastruktur yang lebih sedikit. Parkir pesawat akan berderet di sepanjang kedua sisi jari tersebut. Proses desentralisasi juga pertama kali diperkenalkan pada jenis terminal ini. Kelemahan dari desain pier finger adalah kesulitan saat wayfinding atau mencari arah dan juga jarak tempuh yang menjadi sangat jauh. Kepadatan penumpang pada bagian utama terminal juga sering terjadi (misalnya pada konter cek-in maupun security check point) karena sebelum menuju ke pier
atau jari terminal, penumpang masih berkumpul menjadi satu. Di Indonesia, bangunan terminal penumpang yang mengadopsi bentuk ini adalah terminal 3 bandar udara Soekarno-Hatta. 



Gambar 4. Gambar Proposal Desain T3 karya Woodhead
(Sumber: https://www.archdaily.com)


Konsep konfigurasi selanjutnya akan dijelaskan pada bagian selanjutnya (Mengenal Bangunan Terminal Bandar Udara (bagian 3)).



__________
Referensi literatur :
1) Alexander T. Wells, dkk. Airport Planning & Management. 5th Edition. (McGraw - Hill : 2004)
2) Kazda and Caves. Airport Design and Operation 2nd Edition ( Emerald Group Publishing Limited 2007)


Comments

Popular Posts